Mengungkap Rambut Gimbal Dataran Tinggi Dieng
Dataran tinggi Dieng atau sering disebut Dieng Plateau berada pada ketinggian 2093 mdpl, terletak di antara 2 kabupaten yaitu Banjarnegara dan Wonosobo. Pemandangan alamnya sangat eksotis dan sejak dulu sudah menjadi pusat perkembangan kebudayaan di Indonesia. Bahkan sekitar akhir abad ke-19, Bangsa Belanda telah banyak yang berkunjung ke Dieng untuk berwisata.
Dieng memiliki banyak potensi alam yang dapat dijadikan sebagai tempat wisata seperti Telaga Warna, Telaga Cebong, Kawah Sikidang, Candi Arjuna, Candi Dwarawati, Bukit Sikunir, Gunung Prau dan masih banyak lagi.
Nah ... di balik kekayaan alamnya yang sangat indah, seringkali kita akan menemukan beberapa anak yang berambut bajang (rambut gimbal). Bagi orang awam yang baru berkunjung atau melihat secara langsung anak-anak berambut gimbal ini pasti akan bertanya-tanya tentang asal-usulnya.
Terdapat 2 versi mengenai asal-usul anak gimbal ini :
1. Masyarakat Dieng meyakini bahwa rambut gimbal adalah keturunan dari nenek moyang yang menemukan daerah Dieng, yaitu Kyai Kolodete. Konon, Kyai Kolodete tidak akan pernah mandi dan mencuci rambutnya sebelum daerah yang ditemukannya itu menjadi makmur. Hingga saat ini kepercayaan itu masih kental dan diyakini kebenarannya oleh masyarakat sekitar. Masyarakat menilai jika mereka memiliki keturunan yang berambut gimbal maka hidupnya akan makmur.
2. Rambut Gimbal terjadi karena adanya gas belerang atau adanya sumber belerang di daerah Dieng. Pada saat ibu mereka mengandung, mereka terlalu sering menghirup gas belerang, maka gen yang dihasilkan tidak sempurna dan anak yang lahir mempunyai rambut yang gimbal. Tetapi pendapat ini masih belum bisa dibuktikan kebenarannya.
Sesepuh desa di Dieng mengatakan, bahwa anak yang berambut gimbal adalah anak yang suci. Maka dari itu semua permintaannya harus dituruti secara tepat, tidak boleh kurang maupun lebih. Masyarakat pun tidak berani melanggar pantangan menyangkut mitos anak rambut gimbal ini, seperti memotong rambut gimbal tersebut sebelum si anak meminta untuk dipotong. Apabila dilanggar maka akan mengakibatkan si anak sakit dan rambut pun kembali gimbal dan pemotongannya juga harus melalui ritual khusus.
Pada saat ini ritual pemotongan anak rambut gimbal dikemas khusus dalam acara Dieng Culture Festival. Acara ini diadakan pada bulan Sura dalam penanggalan kalender Jawa dan diselenggarakan di kompleks Candi Arjuna. Anak gimbal akan dimandikan dengan air dari 7 sumber, kemudian diarak, dan dilempari beras kuning dan uang koin, baru dipotong rambut gimbalnya oleh pemuka adat, kemudian potongan rambutnya akan dibuang ke Telaga Warna. (*)
Dieng memiliki banyak potensi alam yang dapat dijadikan sebagai tempat wisata seperti Telaga Warna, Telaga Cebong, Kawah Sikidang, Candi Arjuna, Candi Dwarawati, Bukit Sikunir, Gunung Prau dan masih banyak lagi.
Nah ... di balik kekayaan alamnya yang sangat indah, seringkali kita akan menemukan beberapa anak yang berambut bajang (rambut gimbal). Bagi orang awam yang baru berkunjung atau melihat secara langsung anak-anak berambut gimbal ini pasti akan bertanya-tanya tentang asal-usulnya.
Terdapat 2 versi mengenai asal-usul anak gimbal ini :
1. Masyarakat Dieng meyakini bahwa rambut gimbal adalah keturunan dari nenek moyang yang menemukan daerah Dieng, yaitu Kyai Kolodete. Konon, Kyai Kolodete tidak akan pernah mandi dan mencuci rambutnya sebelum daerah yang ditemukannya itu menjadi makmur. Hingga saat ini kepercayaan itu masih kental dan diyakini kebenarannya oleh masyarakat sekitar. Masyarakat menilai jika mereka memiliki keturunan yang berambut gimbal maka hidupnya akan makmur.
2. Rambut Gimbal terjadi karena adanya gas belerang atau adanya sumber belerang di daerah Dieng. Pada saat ibu mereka mengandung, mereka terlalu sering menghirup gas belerang, maka gen yang dihasilkan tidak sempurna dan anak yang lahir mempunyai rambut yang gimbal. Tetapi pendapat ini masih belum bisa dibuktikan kebenarannya.
Sesepuh desa di Dieng mengatakan, bahwa anak yang berambut gimbal adalah anak yang suci. Maka dari itu semua permintaannya harus dituruti secara tepat, tidak boleh kurang maupun lebih. Masyarakat pun tidak berani melanggar pantangan menyangkut mitos anak rambut gimbal ini, seperti memotong rambut gimbal tersebut sebelum si anak meminta untuk dipotong. Apabila dilanggar maka akan mengakibatkan si anak sakit dan rambut pun kembali gimbal dan pemotongannya juga harus melalui ritual khusus.
Pada saat ini ritual pemotongan anak rambut gimbal dikemas khusus dalam acara Dieng Culture Festival. Acara ini diadakan pada bulan Sura dalam penanggalan kalender Jawa dan diselenggarakan di kompleks Candi Arjuna. Anak gimbal akan dimandikan dengan air dari 7 sumber, kemudian diarak, dan dilempari beras kuning dan uang koin, baru dipotong rambut gimbalnya oleh pemuka adat, kemudian potongan rambutnya akan dibuang ke Telaga Warna. (*)
0 Response to "Mengungkap Rambut Gimbal Dataran Tinggi Dieng"
Post a Comment